ANALISA HARIAN

ANALISA HARIAN
PAIR EU, 6 OKTOBER 2012

Selasa, 27 September 2011

STOCHASTICS OSCILLATOR

Pada dasarnya penggunaan stochastic oscillator tidak jauh berbeda dengan RSI. Mereka berdua sama-sama bisa memberikan perkiraan keadaan overbought atau oversold. Bedanya, stochastic oscillator memiliki dua buah garis yang disebut dengan %K (biasa disebut slow stochastic) dan %D (biasa disebut fast stochastic).

Kita lihat bahwa garis %K dan %D selalu bergerak bolak-balik di antara level 80 dan 20 (garis horizontal putus-putus). Area di atas 80 disebut area overbought, sementara yang di bawah 20 disebut area oversold.
Sinyal sell diberikan stochastic ketika garis %K memotong garis %D di area overbought. Sedangkan sinyal buy diberikan ketika garis %K memotong garis %D di area oversold.
Sama halnya seperti RSI, kelemahan stochastic adalah ketika saat trending ia tak bisa memberikan sinyal yang akurat. Maka dari itu kombinasi dengan MA juga sering menjadi solusinya.

Read More......

ANALISA DENGAN FIBONACCI RETRACEMENT

Fibonacci adalah nama panggilan seorang ahli matematika Eropa abad pertengahan bernama asli Leonardo Pisano. Nama ‘Fibonacci’ digunakannya karena ia merupakan anak lelaki dari keluarga Bonacci. Pada tahun 1240 Leornardo Pissano Fibonacci menemukan sebuah deret yang dinamakan sesuai dengan nama dirinya yaitu deret Fibonacci. Deret ini sedianya digunakan untuk menjawab sebuah persoalan matematika klasik pada jamannya. Sekedar mengingatkan, lahirnya deret tersebut berasal dari pertanyaan klasik seputar kelinci yang berbunyi :

“Seorang pria menempatkan sepasang Kelinci pada sebuah tempat yang dikelilingi oleh tembok sehingga terisolasi oleh dunia luar. Berapa pasang kelinci yang dihasilkan apabila sepasang kelinci menghasilkan sepasang kelinci lainnya yang juga akan produktif pada bulan berikutnya dan demikian seterusnya?”

Berapakah jawaban anda? sedikit, banyak, tak terhingga? ingat lho.. kita bukan sedang duduk dalam kelas beginner lagi.
Hahaha, saya sendiri juga tidak pernah menghitungnya. Namun Fibonacci berhasil memecahkannya dengan membuat sebuah deret yang dikenal sebagai deret Fibonacci.
1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144…

Dari deret itulah lahir sebuah bilangan yang dikenal sebagai Golden ratio ( rasio emas ). Ia menemukan bahwa banyaknya bentuk indah di alam yang memiliki angka-angka rasio tertentu. Angka rasio yang paling sering muncul adalah 1:1.618.

Coba Anda berdiri dan ukur jarak
dari ujung kepala ke pusar Anda, lalu kita ukur jarak dari pusar Anda ke lantai. Jika bentuk tubuh anda cukup proporsional, perbandingan keduanya adalah 1:1.618, kurang lebih.

OK, kita tidak akan membahas Tuan Fibonacci dan matematika lagi. Bisa-bisa nanti pembicaraan kita terlalu jauh hingga ke rasio ruas cangkang nautilus.

Berkaitan dengan rasio itu, para teknikalis lalu berpikir: kalau angka-angka rasio itu berlaku di alam, mestinya berlaku juga untuk pergerakan harga pasar. Lalu muncullah sebuah indikator yang disebut dengan Fibonacci Retracement.

Sederhananya, Fibonacci retracement bisa digunakan untuk menentukan support maupun resistance dari pergerakan harga. Coba perhatikan gambar grafik berikut ini:
Jika kita perhatikan, meskipun pergerakan harga berada dalam uptrend, namun ia tak pernah bergerak dalam satu garis yang benar-benar lurus. Selalu ada “pembalikan-pembalikan” kecil yang sering kita istilahkan dengan “koreksi” atau “swing”.
Nah, Fibonacci retracement bisa berguna untuk mengukur sampai sejauh mana koreksi itu kira-kira akan terjadi. Dalam trading, level Fibonacci retracement yang menjadi level kunci adalah 38.2%, 50%, 61.8%. Terkadang, level 76.4% juga dijadikan referensi.
Untuk menentukan level Fibonacci retracement ini kita harus menarik garis dari titik “swing high” ke “swing low” atau sebaliknya. Untuk menjelaskan masalah “swing” ini lebih mudah dengan menggunakan gambar berikut ini:
Pada pergerakan naik, harga biasanya bergerak dari titik A (=swing low) menuju titik B (=swing high). Fibonacci retracement kita tarik dari titik A ke titik B. Turunnya harga (koreksi) paling dekat diperkirakan hingga ke level 38.2%, target berikutnya adalah level 50%, dan level kuncinya adalah di 61.8%. Dengan kata lain, koreksi terjauh kita harapkan adalah di level 61.8% (titik C pada gambar).
Karena koreksi terjauh kita harapkan hanya hingga level 61.8% (dan memang ini yang sering terjadi), maka kita bisa bersiap melakukan aksi di level tersebut. Artinya, kita bisa bersiap-siap melakukan BUY apabila harga telah mencapai level 61.8% (titik C) setelah turun dari titik B. Targetnya adalah titik D (0.0%) dan batasan resikonya adalah di level 100%.
Sedangkan pada pergerakan turun, Fibonacci retracement kita tarik dari swing high ke swing low. Level-level retracement-nya sama dengan gambar sebelumnya, hanya saja posisinya terbalik. Agar lebih jelas, bisa kita lihat pada gambar berikut:

Dalam keadaan ini, kita bisa melakukan SELL di titik C. targetnya adalah titik D, sementara batasan resikonya di Fibonacci level 100%.
Berikut ini adalah contoh penerapannya pada grafik:
Meskipun demikian, tidak berarti kita hanya boleh melakukan sell atau buy di level 61.8% saja. Terkadang, di level 76.4% pun kita masih bisa melakukan buy atau sell.
Yang harus kita perhatikan adalah jangan sampai level 76.4% tembus. Level ini sering disebut sebagai level “kritis”. Jika level ini tembus, maka kecenderungannya akan terjadi reversal (pembalikan arah), bukan lagi koreksi. Pada gambar di atas, meskipun upper shadow dari candlestick sudah menembus level 76.4%, namun ternyata harga penutupannya masih di bawah level 76.4%, sehingga level ini belum bisa dianggap tembus .

Read More......

PSIKOLOGI DALAM TRADING

Trading itu seperti seni yang melibatkan emosi. Mungkin Anda adalah seseorang yang memiliki IQ tinggi, tapi jika tidak bisa mengontrol emosi akan berbuah percuma belaka. Hal ini mungkin saja terjadi dimana Anda tidak bisa sesukses trader yang ber-IQ standar namun matang dalam mengontrol emosinya.

Banyak sekali trader yang gagal karena faktor psikologis ini. Untuk itu ada beberapa tips yang mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi kelangsungan trading Anda.

3M’s of successful trading: Mind, Method, and Money
Ketiganya harus selaras, serasi dan seimbang. Mind berkaitan erat dengan faktor psikologis seperti emosi, termasuk juga di dalamnya penerapan risk management. Metode berhubungan dengan strategi, sistem trading dan analisis. Money? Hmm… mana mungkin bisa trading tanpa uang yang cukup?

Bayangkan jika Anda punya uang banyak, tapi dalam trading Anda mengabaikan analisis apalagi risk management. Atau jika Anda punya sistem trading yang bagus tapi tak ada dana untuk menjalankannya. Percuma kan?


Plan your trade, trade your plan
Ya, betul. Rencanakan segalanya. Untuk menjadi trader yang sukses, aturan pertama yang harus kita patuhi adalah trading plan kita sendiri. Kuncinya adalah disiplin. Jika trading plan kita mengatakan kita harus keluar dari pasar, lakukanlah. Jangan ada tawar menawar. Melanggar trading plan kita sendiri adalah awal kegagalan dalam trading.

Fear is nothing, act is everything
Rasa takut itu alamiah dan manusiawi. Tapi ketakutan yang berlebihan untuk melaksanakan sistem trading kita justru mencegah kita untuk mendapatkan peluang keuntungan.

Kalau rugi bagaimana? Tidak ada orang yang mau rugi. Tapi ingatlah bahwa resiko adalah bagian tak terpisahkan dari bisnis. Atasi ketakutan Anda akan resiko dengan menerapkan risk management dan risk to reward ratio yang baik. Kita punya ilmunya, mengapa tidak diterapkan?

Don’t be greedy
Jangan serakah! Jika target keuntungan kita sudah tercapai, sebaiknya segeralah keluar dari pasar. Seringkali para trader terjebak dalam pergerakan harga karena terlalu bernafsu menangkap “ikan besar”. Misalnya, ketika target profitnya sudah tercapai dan posisi sudah ditutup, ternyata harga masih meneruskan pergerakannya. Seandainya posisi itu belum ditutup, profit yang dihasilkan seharusnya bisa lebih besar. Akhirnya trader itu mencoba mengikuti pergerakan pasar dengan membuka posisi lagi dengan terburu-buru.

Ada baiknya kita menenangkan diri dulu setelah menutup posisi kita, baik saat untung maupun rugi, sehingga keputusan yang kita ambil bukanlah keputusan yang terburu-buru dan emosional.

Don’t bet the farm
Jangan pertaruhkan seluruh dana Anda dalam transaksi. memang jika ‘taruhan’ makin besar, untungnya juga makin besar. Tapi ini juga berarti resikonya pun makin besar pula. Tetaplah berpatokan pada trading plan dan money management plan Anda. Ingatlah bahwa pelanggaran terhadap trading plan merupakan awal kegagalan dalam trading.

Cut your losses early, let your profits run
Jangan terbalik. Segeralah buang kerugian Anda seminim mungkin, dan biarkan profit Anda terus berlari menuju sasarannya. Banyak sekali trader melakukan hal yang sebaliknya. Mereka bisa bertahan dengan membiarkan posisi yang merugi hingga ratusan pips, namun ketika keuntungan baru hanya beberapa pips sudah kebingungan ingin segera menutup posisi. Jangan lakukan hal seperti ini!

Intuition: friend or foe?

Intuisi itu teman atau musuh? Ini pertanyaan yang menarik.

Pernah ada yang bertanya, “Bolehkah saya menggunakan insting dalam trading?”

Saya membedakan “insting” dengan “intuisi”. Insting itu muncul secara alamiah, tanpa harus ada proses belajar. Contohnya, lebah bisa tahu cara membuat sarang yang kuat tanpa harus kuliah di jurusan arsitektur. Nah, kalau “intuisi” lebih didapatkan melalui belajar dan dari pengalaman. Misalnya bagi kita yang terbiasa menyetir, tahu persis kapan kita harus menginjak kopling, mengganti persneling, memberi tekanan pada pedal gas, berapa besar sudut yang diperlukan untuk berbelok, bahkan mengerem mendadak pada situasi darurat.

Dalam trading, yang lebih bisa dipercaya adalah intuisi daripada insting. Intuisi seorang trader terbentuk dari pengalaman bertahun-tahun mengamati dan mengenali pergerakan harga. Terkadang ia bisa tahu ke mana harga akan bergerak hanya dengan sepintas melihat grafik. Namun, sangat tidak disarankan hanya mengandalkan intuisi tanpa didasari oleh analisis obyektif yang mendukung.

Read More......

TIPS MELAKUKAN ANALISA TEKNIKAL

Tips-tips dalam melakukan analisis teknikal:

• Jangan menggunakan terlalu banyak indikator
Kebanyakan trader pemula menganggap semakin banyak indikator yang mereka gunakan, maka semakin akuratlah prediksi mereka. Anggapan ini salah. Justru semakin banyak indikator yang Anda gunakan akan membuat Anda semakin bingung untuk mengambil keputusan. Yang perlu Anda lakukan hanyalah mengkombinasikan indikator, misalnya indikator untuk trend (MA misalnya) dikombinasikan dengan indikator osilator (contoh: RSI atau stochastics). Jangan terlalu banyak, cukup dua atau tiga macam saja agar Anda tidak bingung.

• Gunakan indikator yang dimengerti saja
Ya, cukup yang Anda mengerti saja. Pelajari dengan seksama hingga Anda tahu bagaimana cara menggunakannya, lalu praktekkan.

Jika Anda sudah merasa nyaman dan bisa mengumpulkan profit secara konsisten dengan indikator itu, jangan mencoba sesuatu yang belum pernah Anda buktikan profitabilitasnya.

• Simple is better
Bagus atau tidaknya indikator bukan tergantung pada rumit atau tidaknya indikator itu, melainkan pada bisa atau tidaknya si trader menggunakannya. Semakin sederhana, maka semakin Anda mudah mengerti kegunaannya, artinya semakin mudah Anda tahu triknya, yang akhirnya semakin mudah bagi Anda untuk mengumpulkan profit. Logis kan?

• Banyaklah berlatih
Belajar analisis ibarat belajar berenang. Tak akan mungkin bisa berenang jika hanya belajar teorinya tanpa ‘nyebur’ ke kolam. Untuk bisa melakukan analisis dengan baik, Anda harus mempraktekkannya. Meskipun Anda berlatih menggunakan demo account, perlakukanlah seperti layaknya real account, sehingga Anda akan terbiasa ketika bertransaksi sungguhan.

Read More......

TEHNIK AVERAGING ( Pyramiding, Martingale, Anti Martingale)

Teknik averaging memiliki beberapa pengembangan yang bisa disesuaikan dengan ketahanan modal yang kita miliki, sehingga sering juga disebut sebagai “manajemen modal”.

Beberapa pengembangan teknik averaging adalah pyramiding, martingale, dan anti-martingale.

• Pyramiding
Pyraimding merupakan kebalikan dari cost-averaging. Jika pada cost averaging kita menambahkan satu posisi terbuka setiap kali mengalami kerugian, maka dalam pyramiding kita menambah posisi terbuka setiap kali mendapatkan keuntungan.

Contoh:



Pada gambar terlihat, setiap kali kita mendapatkan keuntungan sebesar 500 pips, maka kita menambah lagi buy sebanyak 1 lot. Ketika harga turun dari level 1.51000 ke 1.50750, total keuntungan kita masih tersisa 750 pips. Di level ini kita bisa menutup seluruh posisi buy kita. Jika harga turun hingga ke level 1.50500, maka seluruh transaksi kita akan impas.

Teknik ini bagus jika kita pergunakan pada saat harga dalam keadaan trending.

• Martingale
Martingale mirip dengan cost-averaging. Tapi pada martingale, kita menambah posisi terbuka dua kali lipat dari posisi sebelumnya setiap kali mengalami kerugian.

Contoh:


Dalam contoh ini diperlihatkan bahwa si trader menambah posisi sell sebanyak dua kali posisi sebelumnya setiap kenaikan 500 pips. Seandainya harga masih naik ke 1.51500, maka si trader akan menambah posisi Sell sebanyak 8 Lot.

Dalam contoh ini, diperlihatkan bahwa keuntungan diperoleh ketika harga kembali ke 1.50500.

Yang perlu diwaspadai adalah jika harga terus naik, maka kerugian yang diderita akan semakin besar.

Teknik ini bagus jka pergunakan pada saat keadaan pasar yang sideway.

• Anti-martingale
Anti-martingale justru mirip dengan pyramiding, dan merupakan kebalikan dari martingale, yaitu kita menambah posisi terbuka dua kali lipat dari posisi sebelumnya setiap kali mendapatkan keuntungan.

Contoh:


Kita harus terus memperhatikan pergerakan harga, jangan sampai berbaliknya arah membuat keuntungan yang sudah kita kumpulkan malah berubah menjadi loss.

Teknik ini bagus untuk dipergunakan pada saat pasar dalam keadaan trending.

Read More......
 
 

MENTARI FOREX ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO